4 Alasan Mengapa Tidak Boleh Merayakan Tahun Baru Masehi Bagi Muslim

Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi | Setiap tahun, sejumlah besar umat Islam bersemangat mengikuti perayaan dan merayakan hari tahun baru. Baik itu melalui update status facebook, pesan, twitter, atau bahkan mengadakan pesta perayaan malam tahun baru. Banyak umat muslim di Indonesia bersikeras untuk merayakan Tahun Baru. Tetapi apakah ini praktik budaya yang tidak berbahaya tanpa signifikansi berbasis keyakinan ataukah langkah ke arah yang salah? penulis percaya mungkin itu adalah langkah ke arah yang salah.


hukum merayakan tahun baru masehi di antara para ulama
Source : Mohamed Ali


Berikut adalah 4 alasan mengapa saya percaya bahwa umat islam tidak boleh merayakan Tahun Baru:

 

1. Secara Teknis Tidak Akurat & Secara Tak Sadar Merayakan Keyakinan Agama Lain

Umat muslim memiliki kalender sendiri yang mana telah digunakan secara konstan selama 1400 tahun. Meskipun akhirnya kita menggunakan kalender gregorian / masehi karena keadaan keterpaksaan diakibatkan keharusan penggunaan umum kalender masehi di masyarakat modern.

Kita tahu pasti bahwa Allah telah menetapkan penggunaan kalender hijriah untuk kita dalam beribadah.

Menurut kalender Hijriah (diprakarsai oleh sahabat besar Umar raḍyAllahuanha bahwa tahun baru sebenarnya dimulai pada tanggal satu Muharram.

Kalender Gregorian ( disebut demikian karena dikembangkan oleh Paus Gregorius ) memutuskan pada tanggal 1 Januari sebagai tahun baru untuk merayakan sunat Yesus. Hal ini mirip seperti hari libur pada festival pagan Romawi yang terkait dengan Janus dewa berkepala dua yang melambangkan perubahan.

 

2. Apa Yang Patut Untuk Dirayakan ?

Setiap perayaan umat Islam perlu dimasukkan ke dalam konteks ibadah dan hubungan antar sesama. Dua Idul Fitri di lakukan dengan ibadah dan doa, ibadah kepadah Allah Swt, doa bagi keluarga atau sesama dan bagi mereka yang menderita. Serta sedekah kepada yang membutuhkan.

Namun, merayakan tahun baru tidak di dasari akan hal itu. Tahun baru merupakan perayaan yang terputus dengan realitas umat lainnya.


3. Melibatkan Praktik Non-Islam

Mari jujur. Ketika membayangkan perayaan malam tahun baru, kita tidak membayangkan orang-orang duduk di sebuah pertemuan yang berlangsung di masjid atau dengan imam setempat. Sebaliknya, mereka biasanya melaksanakan perayaan ini seperti yang di lakukan di negeri mana perayaan ini berasal.

Dan tak jarang perayaan ini di bumbui dengan perbuatan maksiat seperti, mabuk, judi, dan paling umum maraknya perzinahan di perayaan tahun baru. Naasnya hal ini seolah biasa terjadi di masyarakat terutama di kalangan muda-mudi.

Ini di karenakan perayaan ini adalah perayaan budaya dan keyakinan yang bebas dari pengaruh islam, dan tidak mengejutkan jika hal di atas terjadi karena tidak memiliki dasar atau hubungan dengan Islam.

 

4. Berlawanan Dengan Semangat Islam

Ada perbedaan pendapat tentang hukum merayakan tahun baru masehi di antara para ulama & kita menghormati itu. Namun, ada beberapa poin yang tentang hal ini :

a. Jumlah ulama yang memaklumi perayaan tahun baru masih sedikit.

b. Para ulama yang membenarkannya hampir tidak pernah benar-benar merayakan Tahun Baru sendiri atau bersama keluarga mereka, setidaknya tidak di depan umum. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka percaya itu dapat diterima, itu tidak disukai.

c. Banyak dari mereka mendasarkan pandangan mereka bahwa perayaan tahun baru bukanlah perayaan ritual atau agama tertentu. Tetapi adalah cara bagi kita non muslim untuk menghormati budaya mereka dengan cara ikut merayakannya. Namun pandangan ini adalah salah.

Kita didorong untuk bersikap hangat dan ramah, karena itu akan menarik orang lain untuk percaya pada kita.  Tetapi untuk kasus ini ianya bertentangan dengan semangat islam karena seolah kita menundukkan iman, budaya atau warisan kita sendiri terhadap perayaan agama di luar zona islam.

Ada banyak cara untuk menunjukkan sopan santun kita dan bertindak sebagai muslim yang baik tanpa harus mengikuti perayaan tahun baru ummat lain. Dengan mengikuti perayaan tersebut mungkin tidaklah berbahaya dan bisa menyenangkan diri kita.

Namun hal ini justru membuka pintu untuk menghilangkan budaya islam dan batasannya akan menjadi kabur bagi komunitas dan anak-anak kita kelak di masa depan.


Hal ini dahulu juga menjadi bahasan bagi orang-orang yang lebih besar dari kita . Utsman raḍyAllahu 'anha, Ali raḍyAllahu 'anhu dan banyak sahabat terbesar lainnya. Ketika majelis besar para sahabat Nabi allallāhu 'alayhi wa sallam telah membahas masalah ini secara panjang lebar, masalah ini ditutup dengan kata-kata bijak Khalifah Umar radyAllāhu 'anha yang relevan saat zaman ini seperti pada zaman dahulu. Dia berkata : " Hijrah telah memisahkan kebenaran dari kebatilan, oleh karena itu, biarkan itu terjadi di sepanjang zaman. ”

Terima kasih kepada Allah atas berkah memiliki kalender kita sendiri dan dua Idul Fitri. Semoga Allah memberi kita semua, lebih banyak lagi kebahagiaan, kesehatan, dan persatuan untuk seluruh umat. 

Amiinn......

 

Demikian artikel  4 Alasan Mengapa Tidak Boleh Merayakan Tahun Baru Masehi. Semoga bermanfaat.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url